
Dalam perjalanan sejarahnya, Nahdlatul Ulama telah memiliki 7 orang Rais Am. Rais Am adalah sebutan untuk pimpinan tertinggi organisasi kalangan pesantren ini.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa NU adalah pesantren besar atau pesantren adalah NU kecil, maka
Rais Am PBNU identik dengan kiai (pimpinan tertinggi di pesantren) dan
Ketua Umum PBNU sejajar dengan ketua pondok yang dulu dikenal dengan
lurah pondok.
Masyarakat luas lebih mengenal siapa yang menjadi Ketua Umum PBNU, dengan melupakan Rais Am yang ada di belakangnya, padahal, jajaran tanfidziyah –di mana Ketua Umum PBNU di dalamnya- hanya pelaksana dari program-program NU. Para Kiai yang duduk di syuriyah – di mana Rais Am di dalamnya- adalah sebenarnya ‘pemilik ‘ NU. Tujuh Rais Am PBNU itu adalah Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang (dikenal sebagai Rais Akbar), KH. A. Wahab Hasbullah Tambakberas Jombang, KH. Bisri Syansuri Denanyar Jombang, KH. Ali Ma’shum Krapyak Yogyakarta, KH. Achmad Siddiq Jember, KH. Moh. Ilyas Ruhiyat Cipasung Tasikmalaya, dan Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh Kajen Pati.
Keterangan: | |
Cover | : Soft Cover |
---|---|
Jenis Kertas | : HVS 70 Gram |
Penulis | : M. Solahudin |
Tebal | : 208 Halaman |
Ukuran | : 12,5 x 18,5 cm |
Rp. 37.000,-